Newt Scamander, Kertas Baru, dan Tiramisu Bliss - Dya Ragil

17 November 2016

Newt Scamander, Kertas Baru, dan Tiramisu Bliss

Hari ini petualangan saya begitu singkat. Begitu saya tahu dosen yang ingin saya temui tidak ada di kampus, saya sesegera mungkin melarikan diri ke Jogja City Mall, sampai di sana pukul 11.00 wib, tepat waktu untuk mengantri tiket Fantastic Beasts and Where to Find Them kloter pertama.

Saya tidak menonton Fantastic Beasts dalam mode 2D, jadi saya tidak tahu seperti apa. Namun saya benar-benar merekomendasikan mode 3D untuk siapa pun yang ingin menontonnya. Dengan CGI yang se-wow itu, rasanya sia-sia kalau tidak ditonton dalam mode 3D. Well, kalau saya boleh bilang, saya agak salah langkah dalam menjadwalkan menonton film bulan ini. Di awal bulan, saya telanjur menonton Dr. Strange yang saya kasih rating 11/10, berkat CGI wow dan akting Benedict Cumberbatch yang epic win. Meskipun CGI-nya juga wow dan akting Eddie Redmayne yang sukses memukau saya, Fantastic Beasts masih berada satu langkah di belakang Dr. Strange. Saya kasih rating 9,5/10 untuk Fantastic Beasts.


Newt Scamander

Oke, saya jatuh cinta sama karakter yang diperankan secara sempurna oleh Eddie Redmayne ini. Sebagai mantan siswa asrama Hufflepuff, Newt Scamander sungguh tidak mengkhianati bayangan saya tentangnya sejak pertama kali saya tahu bahwa dia dijadikan target tokoh utama dalam film Potterverse berikutnya. Saya hanya menyesalkan karakternya tidak digali lebih lanjut dengan semua petunjuk yang berceceran sepanjang cerita. Namun karena ini adalah film pertama dari sebuah pentalogi, oke deh saya kasih toleransi. Walaupun tetap saja ... it can be better. Really.


Dan saya mau banget deh dilamar sama seseorang seperti Newt Scamander (bangun, Neng, bangun! Ngayal pun ada batasnya!).

Yeah, ini memang bukan review kok. Saya cuma mau nge-rant soal Newt Scamander doang. Mungkin suatu saat saya akan bikin review Fantastic Beasts secara penuh dan lebih "pantas".


Kertas Baru

Setelah petualangan menakjubkan dan menonton calon suami (?) main, saya menemukan hiddem gem di Gramedia JCM: satu pak kertas A4 100 gsm.


Yeah.

Cuma kertas A4.

Tapi ini kertas 100 gsm. It means everything to me.

Sebagai seorang stationery addict, menemukan kertas 100 gsm adalah kejadian bersejarah bagi saya. Setiap kali saya pergi ke Toko Merah, salah satu toko alat tulis favorit terlengkap di Jogja, hanya kertas 70 gsm dan 80 gsm yang bisa saya temukan. Saya suka sekali buku jurnal yang dijual di sana atau di mana pun saya bisa menemukan kertas catatan berbentuk buku, untuk kemudian saya jadikan sebagai sarana membuat Bullet Journal. Sayangnya, semua buku yang dijual di mana pun, paling mentok cuma punya ketebalan kertas 80 gsm. Itu sangat berpotensi membuat tinta spidol langsung tembus ke halaman berikutnya. Karena itu saya berencana membuat buku catatan sendiri dengan kertas yang lebih tebal. Maka dimulailah pencarian saya selama ... well, I lost track.

Sudah tidak terhitung lagi berapa lama saya mencari kertas yang lebih tebal dari kertas yang dimiliki buku catatan kebanyakan. Bisa dapat kertas 90 gsm saja sudah syukur, eh ini Tuhan justru memberi saya yang lebih baik. Cara Tuhan mengabulkan doa hamba-Nya memang selalu canggih. Suka deh.


Tiramisu Bliss

Nonton film sudah. Beli kertas sudah. Waktunya pulang. Dan sebelum saya pulang, entah kenapa saya kangen sama Goodday Tiramisu Bliss. Jadi saya mampir dulu ke Hypermart buat beli si kopi favorit.


Sesuai namanya, Tiramisu Bliss artinya Kebahagiaan Tiramisu (diterjemahkan secara kasar dan brutal). Tiramisu sendiri pada dasarnya merupakan kue keju (biasanya pakai keju mascarpone) ditambah cokelat. Baunya enak sekali, bikin saya ingin langsung nge-slurp, deh. Rasa kuenya juga asyik, apalagi jika disertai secangkir cappucino. Di lidah saya, perpaduan mereka begitu sempurna. Bikin bahagia. 

Seperti halnya Tiramisu, perpaduan antara Fantastic Beasts dan Kertas 100 gsm sungguh bikin saya bahagia. Dan itulah yang saya sebut Tiramisu Bliss.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar